Oleh: Nesia Difayani
NIM:
13040112130201 – Kelas C – Semester 2
Jurusan
S1 Ilmu Perpustakaan – Fakultas Ilmu Budaya
Universitas
Diponegoro
Abstrak
Perpustakaan merupakan lembaga yang
bertugas menyimpan, mengolah, serta menyebarluaskan informasi dan sebagian
besar wujud koleksinya ialah pustaka. Di samping tujuan utamanya sebagai
pengolah informasi, didirikannya perpustakaan juga diharapkan membantu
meningkatkan budaya baca masyarakat. Selain pengertian terbatasnya yaitu
sebagai temu balik informasi, keberadaan perpustakaan juga dapat dikatakan
sebagai pendorong keproduktifitasan generasi intelektual.
A.
Pendahuluan
Di
zaman modern dengan pola pikir masyarakatnya yang terus menerus berkembang,
globalisasi muncul sebagai inisiatif setiap individu supaya keterbatasan ruang
dan waktu dapat dihilangkan, sehingga terciptalah jaringan dengan sarana-sarana
yang serba canggih memudahkan penyebaran informasi. Namun sebagai dasar
pemikiran kali ini, apakah sebenarnya yang dibutuhkan seseorang dari informasi
yang dicarinya? Apakah hanya sebatas untuk kepentingan akademik seorang
pelajar, mahasiswa, guru, serta banyak profesi lainnya demi mendapatkan
prestasi di lingkup kerja masing-masing?
Sebelum
perpustakaan lahir, masyarakat pada zaman dahulu mengenal tulisan-tulisan entah
itu pada kertas, ataupun batu di kala prasejarah yang mengandung informasi. Menyadari
pentingnya bukti-bukti data informasi tersebut, masyarakatpun berinisiatif
untuk mendirikan sebuah tempat atau bangunan di mana benda-benda yang memiliki
informasi itu dapat disimpan serta dapat digunakan kembali sewaktu-waktu.
Seiring
dengan berjalannya waktu, mulai tersebutlah sebuah tempat atau lembaga bernama
perpustakaan. Masa kini telah terdapat berbagai macam jenis perpustakaan, mulai
dari perpustakaan sekolah, perguruan tinggi, umum, hingga perpustakaan pribadi
yang hanya dikelola oleh satu orang. Sasaran pemustakanya tidak terbatas pada
khalayak tertentu seperti yang ada pada perpustakaan khusus, namun di
perpustakaan umum, kategori pengunjung cenderung tidak dibatasi.
Berkembangnya
pola pikir juga terjadi pada para pemustaka yang menginginkan daya
produktivitas diri sendiri demi menciptakan sesuatu. Tidak hanya sebatas
memerlukan informasi untuk kepentingan sendiri, melainkan penyebarluasan
pemikirannya pada khalayak ramai.
B.
PEMBAHASAN
Perpustakaan
sebagai tempat penyimpanan dan pengolah informasi memiliki tujuan-tujuan dasar,
yaitu:
a. Sebagai
tempat penyimpanan, artinya perpustakaan memiliki tugas menyimpan bahan-bahan
pustaka terutama dalam bentuk buku yang diterimanya, entah itu berupa hadiah,
sumbangan, ataupun secara pembelian. Tujuan tersebut memenuhi petunjuk
perpustakaan oleh undang-undang untuk menyimpan segala bentuk terbitan dari
suatu Negara.
b. Sebagai
sarana penelitian, artinya perpustakaan menyediakan bahan pustaka untuk
keperluan penelitian. Dalam hal penelitian ini terkait dengan jenis
perpustakaan masing-masing. Misal untuk perpustakaan perguruan tinggi,
perpustakaan tersebut menyediakan buku-buku, jurnal, atau artikel yang
dibutuhkan untuk para mahasiswanya yang sedang mengerjakan tugas penelitian,
seperti pembuatan skripsi, tesis, ataupun desertasi. Pustakawan yang bekerja
pada perpustakaan tersebut menyediakan jasa untuk membantu pemustaka menemukan
sumber informasi yang dicari demi keberhasilan penelitian tersebut.
c. Sebagai
penyebarluasan informasi, artinya perpustakaan menyediakan informasi yang
diperlukan para pemustakanya. Pemberian informasi ini dilakukan baik atas
permintaan maupun tidak diminta. Dalam poin kedua, dilakukan apabila
perpustakaan menganggap informasi yang tersedia sesuai dengan minat dan
keperluan pengguna.
d. Sebagai
lembaga pendukung pendidikan, artinya perpustakaan merupakan tempat belajar
untuk semua golongan, entah itu yang masih mengenyam pendidikan, ataupun yang
telah bekerja sesuai dengan bidangnya masing-masing. Pendidikan dapat dienyam
oleh siapa pun, termasuk anak-anak putus sekolah, ataupun pekerja rumahan
biasa. Terkait dengan budaya baca masyarakat, keberadaan perpustakaan sangatlah
bermanfaat. Lain halnya dengan perpustakaan umum di mana pemustakanya tidak
dibatasi menjadi golongan tertentu saja yang dapat memakai, perpustakaan khusus
memiliki fasilitas-fasilitas yang hanya diperuntukkan bagi golongan tertentu.
e. Fungsi
kultural, artinya perpustakaan menyimpan khazanah budaya bangsa atau masyarakat
tempat perpustakaan tersebut didirikan. Perpustakaan mendorong meningkatnya
nilai dan apresiasi budaya masyarakat sekitarnya melalui penyediaan bahan
bacaan. Perpustakaan umum misalnya, membedakan antara ruangan bacaan-bacaan
fiksi dengan nonfiksi. Selain untuk media pembelajaran, perpustakaan juga dapat
memiliki fungsi rekreasi yaitu sebagai sarana hiburan bagi pemustakanya.
Menyadari
betapa pentingnya informasi tersebut tersebar, sebagian kaum intelektual
memiliki hasrat untuk mengadakan atau menciptakan bahan pustaka bersumber dari
pemikiran pribadi dalam bentuk tulisan. Hal ini tentu dapat menarik minat lebih
banyak pemustaka yang datang berkunjung ke perpustakaan.
1. Apakah
menulis itu?
Menulis
adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan
suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca
lambang-lambang grafik tersebut (Tarigan, 2000:21).
Menulis
atau mengarang berarti menggunakan bahasa terpilih dan tersusun. (Yus Rusyana,
1986: 14)
Menurut
ahli strategi, rencana menulis yang dimatangkan di pikiran, hanya berguna untuk
menyegerakan tindakan. Namun ketika seseorang menulis, tulisan sedikit banyak
akan menyimpang dari rencana semula. Kita semua, tanpa terkecuali, adalah
penulis di otak sendiri. Jadi semua orang mempunyai potensi luar biasa untuk
menulis.
Definisi-definisi
tersebut memberi gambaran bahwa di satu sisi, menulis itu tidak mudah, dan di
sisi lain, memberikan harapan karena menulis dapat dilakukan oleh siapa saja.
Seeorang menulis karena ia diberi peluang dan stimulus untuk belajar, berlatih,
dan berkembang (Bambang Trim, 2005: 18)
2. Berkomunikasi
melalui tulisan
Semua
koleksi bahan pustaka di perpustakaan mengandung tulisan, entah itu dalam wujud
buku, artikel, skripsi, koran, majalah, dan sebagainya. Tulisan-tulisan
tersebut lahir dari pemikiran penulisnya yang ingin menyampaikan suatu maksud
atau gagasan pada pembacanya.
Dengan
adanya tulisan pada prinsipnya ujaran dalam setiap bahasa dapat direkam secara
visual. Dengan demikian, tukar pikiran tetap dimungkinkan meskipun lawan bicara
hadir di tempat lain dan baru akan membaca tulisan tersebut pada waktu yang
berbeda.
Jadi
dalam proses komunikasi melalui tulisan ini berkaitan erat dengan proses
membaca. Artinya, informasi yang dituangkan dalam tulisan tidak akan dipahami
jika tidak dibaca. Hal ini sama halnya antara hubungan komunikasi lisan
(berbicara) dan mendengarkan atau menyimak. Kita tidak akan bisa berkomunikasi
secara aktif jika kita tidak mendengarkan pembicaraan yang disampaikan lawan
bicara kita.
Perbedaan
komunikasi lisan dan tulisan oleh Tarigan (2000: 17) dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
Tulisan
|
Lisan
|
a. Ada
di atas kertas
|
Ada dalam ucapan
|
b. Untuk
dilihat/dibaca
|
Untuk disimak
|
c. Dapat
dilihat, tidak dapat disimak
|
Dapat disimak, tidak
dapat dibaca
|
d. Sedikit/hampir
tidak ada pengulangan
|
Sering/banyak
diadakan pengulangan
|
e. Menggunakan
bahasa resmi atau baku
|
Menggunakan bahasa
percakapan/sehari-hari
|
f. Penulis
yang baik tidak selalu dan tidak harus sekaligus sebagai pembicara yang baik
|
Pembicara yang baik
tidak dengan sendirinya seorang penulis yang baik
|
g. Komunikasi
tidak langsung
|
Komunikasi langsung
|
h. Komunikasi
satu arah
|
Komunikasi dua arah
|
i.
Memerlukan tanda-tanda baca
|
Memerlukan nada,
ekspresi, dan gerak-gerik
|
j.
Tidak langsung mendapat umpan
balik
|
Langsung mendapat
umpan balik
|
k. Dapat
dibaca ulang
|
Tidak dapat disimak
ulang
|
l.
Sering disunting/diedit
|
Tidak
disunting/diedit
|
m. Mengaktifkan
mata dan penglihatan
|
Mengaktifkan telinga
dan pengucapan
|
3. Menurut
Dr. Pennebaker, kegiatan menulis memiliki manfaat, di antaranya:
-
Menulis menjernihkan pikiran
Menulis
adalah proses produktif untuk menghasilkan tulisan. Tulisan dapat digunakan
untuk mencurahkan berbagai persoalan yang membebani pikiran.
-
Menulis mengatasi trauma
Trauma
membuat seseorang tidak bisa memusatkan perhatian mereka pada pekerjaan baru
yang besar. Menulis tentang trauma akan membantu dalam mengelola trauma dan
sekaligus membebaskan pikiran untuk menangani tugas-tugas lainnya.
-
Menulis membantu mendapatkan dan
mengingat informasi baru
Kegiatan
mencatat atau menulis dapat membantu seseorang mendapatkan dan mengingat
kembali gagasan-gagasan baru. Menulis bisa membantu memberikan suatu kerangka
yang bisa dipakai untuk memahami perspektif baru dan unik dari orang lain.
-
Menulis membantu memecahkan masalah
Jika
sedang menghadapi atau membahas suatu masalah maka menulis merupakan salah satu
cara untuk mendapatkan pemecahannya. Salah satu alasannya adalah bahwa menulis
memaksa seseorang untuk memusatkan perhatian lebih dalam terhadap permasalahan
tersebut daripada hanya dengan memikirkannya.
Untuk
menghasilkan suatu karya, seorang penulis juga harus sering mengamati tren
kebutuhan masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut, lagi-lagi peran
perpustakaanlah yang bertugas menjadi sumber informasi bagi para penulis.
C.
PENUTUP
Memang,
perpustakaan ialah tempat untuk penyimpanan buku, seperti yang biasa dimengerti
oleh kebanyakan orang. Namun, kegiatan di perpustakaan tidak hanya sebatas
membaca, meminjam, serta mengembalikan buku, namun ada kalanya seorang
pemustaka memiliki hasrat untuk menuangkan idenya dalam bentuk tulisan.
Saran
untuk perpustakaan yang menerapkan aturan jikalau pemustaka tidak boleh membawa
buku tulis, aturan tersebut seharusnya dihilangkan saja. Suasana perpustakaan
yang tenang dan kondusif akan membuat pemustaka juga nyaman menulis selain
membaca.
Daftar Pustaka
Jasmadi. (2006). Kiat
Menjadi Penulis Buku Profesional. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Kusmayadi, Ismail. (2011). Guru Juga Bisa Nulis. Jakarta Selatan: Tinta Emas Publishing.
Sulistyo-Basuki. (1991). Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia.
Suwarno, Wiji. (2010). Pengetahuan Dasar Kepustakaan. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.