You and The Twin: Meet Them

Sabtu, 17 Juni 2017

Kau memberengut sepanjang hari setelah kena omel bos. Menurutmu bukan apa-apa menumpahkan sisa air yang sedikit di perkakas makan setelah dicuci, di lantai dapur. Toh nanti juga akan kering sendiri kan? Kau juga tidak terima dimarahi gara-gara membawa gelas dengan memeganginya seperti meraup bibir gelas tersebut. Itu cara termudah dan hemat waktu!

Akhirnya karena kesal, kau membangkang pada bosmu. Jika bukan karena berhutang pada Sam setelah tidak sengaja merubuhkan motor gadis itu, kau tidak akan pernah bekerja--sebulan penuh--di sana. Kau hanya tidak punya ongkos perbaikan yang diminta Sam, maka dari itu dia menyuruhmu bekerja di tempat om-om kenalannya.

Belum seminggu, tapi kau sudah memecahkan tiga gelas, dua piring, dan dua alas cangkir. Belum lagi ada satu pelanggan yang terpeleset karena kau tidak memeras pel sebelum mengusapkannya ke lantai.

Sam pun tergelak mendengar bosmu memberi julukan "musibah" padamu.

"Sebenarnya aku tak peduli kau membuat bulldog-ku lecet," kata Sam sambil menopang dagu dan menyunggingkan cengiran menjengkelkan khas dirinya. Dia menamakan motor tuanya bulldog karena suara raungannya.  "Galliano memang membutuhkan pegawai tambahan, makanya aku merekomendasikanmu. Tapi kau mengacau." Gadis itu lagi-lagi terbahak.

Kau makin membenamkan kepala ke meja, tidak peduli lap kotor mengenai pipimu. Kau memang bukan tipe anak manja yang berbuat seenaknya, tapi menjadi waiter di Gritti yang hampir selalu ramai? It too much...

Belum lagi tugas kuliahmu yang mengantri untuk diselesaikan. Kau merasa lebih baik menjadi samsak bagi Sam seharian lalu sebagai gantinya, dia menganggap hutangmu lunas. Sudah lama kau tertular virus berandal macam Sam, tapi untungnya kau tidak kehilangan harga dirimu dengan kabur seperti pengecut.

Sekitar seminggu yang lalu kau bergabung bersama gerombolan komplotan geng Sam. Kalian bermain skateboard. Dan sialnya papan luncurmu menghantam motor Sam sampai-sampai jatuh terguling ke area proyek yang penuh reruntuhan.

Bunuh saja aku, batinmu saat itu melihat Sam menyeringai. Well, dia memang tidak sembarangan menghajar orang, tapi apa yang dia lakukan kemudian akan sukar ditebak. Kau pernah mendengar rumor kalau terakhir kali Sam pernah meminta kroninya menggantung bocah laki-laki secara terbalik lalu membenamkan kepalanya ke air.

"Ada hal lain yang bisa kau lakukan selain jadi pegawai Galliano. Aku baru memikirkannya kemarin," ujar Sam. Senyumnya aneh. Bulu kudukmu berdiri mendapati aura ganjil di sana.

Tapi pada akhirnya kau memilih opsi kedua yang diajukan gadis itu--hanya karena untuk melakukannya, kau cuma butuh waktu seminggu saja.

***
Sam memberimu alamat yang dikirimkannya melalui line. Motormu pada akhirnya berhenti di depan sebuah gerbang hitam yang menjulang tinggi. Gerbang itu langsung mengingatkanmu pada Mordor--dan sang Mata yang menunggumu di baliknya.

Menelan ludah, kau lantas memencet bel. Seorang pria langsung membuka lubang seukuran wajah pada salah satu persegi bagian gerbang tersebut.

"Cari siapa?" tanyanya.

"Ah ya, anu..." Ucapanmu tergagap. "Saya teman Samsin. Diminta ke sini buat... Ah, anu.. Ketemu..." Tunggu sebentar. Siapa nama orang yang disebut Sam tadi? "Vino? Viyo?"

Pria itu mengernyit sambil memperhatikan wajahmu seksama. Dia tampak menimbang sebentar sebelum akhirnya mempersilakanmu masuk. Tak lupa dia juga memintamu memasukkan motormu ke pekarangan.

Beberapa saat berjalan mengitari taman yang penuh bunga, seorang wanita paruh baya menyambutmu ramah. Setelah berbasa-basi menanyakan minuman apa yang kau mau di siang hari bolong begini, dia pun meninggalkanmu sendirian di ruang tamu.

Sembari menunggu, kau dijalari bayangan-bayangan aneh. Sejauh kau bisa ingat, teman-teman Sam tidak ada yang normal--minimal seperti dirimu. Kebanyakan dari mereka preman, gotik, terobsesi pada hal-hal yang tidak wajar. Misal kemarin saat kau mengira gadis di sebelahmu sedang mengeratkan syal di leher, tapi ternyata benda itu bukan syal, melainkan ular. Detik itu juga kau menjerit sejadi-jadinya.

Untungnya kau tidak menunggu lama. Seorang gadis berlari masuk. Pakaian yang melekat di tubuhnya berlumur tanah basah. Dia hanya mengenakan kaus oblong dan celana safari yang bisa melorot kapan pun. Melihat ada orang asing di sana, dia menatapmu lama.

"Hai!" sapanya. Tapi saat kau akan membalas, dia sudah telanjur pergi.

Apa dia Vio? Kau bertanya-tanya menebak sosok berambut cepak barusan. Mungkin dia buru-buru mandi setelah melihatmu.

Tidak lama berselang, kau mendengar suara dua orang yang ribut. Seseorang berambut legam panjang keluar sambil menalikan pita kuning di ujung kerah.

"Berhenti di situ!!" Kau juga mendengar gadis selainnya berseru nyaring. Mendadak saja dia melompat ke arah gadis tadi dan menjambak rambutnya. Kontan dia menjerit.

"Lepas! Lepas sekarang!!"

"Sebentar saja! Pulihkan blogku! Aku menghabiskan waktu semalaman merancangnya! Gladys akan mengamuk kalau lihat kantung hitam ini," kata si Gadis berambut cokelat ikal menunjuk matanya.

"That is your problem!" balas satunya juga dengan berteriak. Dia hendak kabur tapi kakinya langsung direngkuh erat.

Kau mulai meragukan kemampuan matamu menyadari wajah keduanya mirip. Oh bukan. Wajah ketiganya mirip. Mengingat temponya, kau tidak yakin kalau salah satu dari sepasang gadis itu dan anak yang datang berlumur lumpur adalah orang yang sama.

"Hei, Chrysantee, semurmu sudah mendidih! Apa kau mau meledakkan dapur?!" Satu orang lagi datang dengan berkacak pinggang. Dia lalu menoleh pada si Rambut hitam yang mengumpat tanpa suara. "Tendang saja kepalanya."

Gadis yang dipanggil Chrysantee itupun berdecap dan langsung lari ke dalam. Reaksinya terlalu drama untuk kembali pada semur.

Kau makin tercengang meralat perhitunganmu barusan. Mereka bukan hanya bertiga tapi berempat. Apa manusia kloningan sedang tren saat ini?

"Jangan lupa mampir ke artisan dan ambil biolaku," pesan gadis yang terakhir muncul pada gadis di depannya.

Si Rambut hitam sungguh tidak ramah. Pandangannya mendelik sebelum akhirnya pergi. Kau melihatnya berusaha merapikan rambutnya yang seperti habis diterpa badai.

"Wah, ada tamu," kata gadis yang tersisa bersamamu. Dia lalu melangkah mendatangimu. "Nama?"

Kau menyebut namamu, tidak lupa menyebut nama Sam.

"Apa kau psikopat?"

Kau lantas kebingungan, namun gadis itu tertawa.

"Tidak ada orang yang mau rumahnya dimasuki psikopat kan?" Dia berujar mengusap dagu. Tetap menatapmu, gadis itu menggigit bibir bersama pancaran mata yang agak... bergairah? "Di mana Sam?"

"Aku nggak tahu," jawabmu ditambah gelengan. "Sebelumnya maaf, kamu..."

"Aku," potong gadis itu sembari memilin rambut. "Vio."

Kau mengangguk-angguk, agak lega karena akhirnya bertemu orang yang Sam maksud. Tapi kelegaanmu tidak berlangsung lama saat Chrysantee kembali dan memasang wajah memberengut.

"Semurnya. Asin," gerutu gadis itu. Dengan wajah yang sama, tatapannya berganti padamu. "Siapa?"

Senyum Vio merekah lagi. Sekujur tubuhmu meremang karena dia meneliti seluruh tampilanmu dari ujung kepala sampai ke ujung kaki. Makin tidak beres ketika dia berucap sesuatu yang tidak bisa kau pahami.

"Наша новая игрушка*."

*Our new toy