PERPUSTAKAAN DAN BUDAYA BERKARYA

Rabu, 03 Juli 2013



Oleh: Nesia Difayani
NIM: 13040112130201 – Kelas C – Semester 2
Jurusan S1 Ilmu Perpustakaan – Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Diponegoro

Abstrak

Perpustakaan merupakan lembaga yang bertugas menyimpan, mengolah, serta menyebarluaskan informasi dan sebagian besar wujud koleksinya ialah pustaka. Di samping tujuan utamanya sebagai pengolah informasi, didirikannya perpustakaan juga diharapkan membantu meningkatkan budaya baca masyarakat. Selain pengertian terbatasnya yaitu sebagai temu balik informasi, keberadaan perpustakaan juga dapat dikatakan sebagai pendorong keproduktifitasan generasi intelektual.

A.   Pendahuluan
Di zaman modern dengan pola pikir masyarakatnya yang terus menerus berkembang, globalisasi muncul sebagai inisiatif setiap individu supaya keterbatasan ruang dan waktu dapat dihilangkan, sehingga terciptalah jaringan dengan sarana-sarana yang serba canggih memudahkan penyebaran informasi. Namun sebagai dasar pemikiran kali ini, apakah sebenarnya yang dibutuhkan seseorang dari informasi yang dicarinya? Apakah hanya sebatas untuk kepentingan akademik seorang pelajar, mahasiswa, guru, serta banyak profesi lainnya demi mendapatkan prestasi di lingkup kerja masing-masing?
Sebelum perpustakaan lahir, masyarakat pada zaman dahulu mengenal tulisan-tulisan entah itu pada kertas, ataupun batu di kala prasejarah yang mengandung informasi. Menyadari pentingnya bukti-bukti data informasi tersebut, masyarakatpun berinisiatif untuk mendirikan sebuah tempat atau bangunan di mana benda-benda yang memiliki informasi itu dapat disimpan serta dapat digunakan kembali sewaktu-waktu.
Seiring dengan berjalannya waktu, mulai tersebutlah sebuah tempat atau lembaga bernama perpustakaan. Masa kini telah terdapat berbagai macam jenis perpustakaan, mulai dari perpustakaan sekolah, perguruan tinggi, umum, hingga perpustakaan pribadi yang hanya dikelola oleh satu orang. Sasaran pemustakanya tidak terbatas pada khalayak tertentu seperti yang ada pada perpustakaan khusus, namun di perpustakaan umum, kategori pengunjung cenderung tidak dibatasi.
Berkembangnya pola pikir juga terjadi pada para pemustaka yang menginginkan daya produktivitas diri sendiri demi menciptakan sesuatu. Tidak hanya sebatas memerlukan informasi untuk kepentingan sendiri, melainkan penyebarluasan pemikirannya pada khalayak ramai.

B.   PEMBAHASAN
Perpustakaan sebagai tempat penyimpanan dan pengolah informasi memiliki tujuan-tujuan dasar, yaitu:
a.       Sebagai tempat penyimpanan, artinya perpustakaan memiliki tugas menyimpan bahan-bahan pustaka terutama dalam bentuk buku yang diterimanya, entah itu berupa hadiah, sumbangan, ataupun secara pembelian. Tujuan tersebut memenuhi petunjuk perpustakaan oleh undang-undang untuk menyimpan segala bentuk terbitan dari suatu Negara.
b.      Sebagai sarana penelitian, artinya perpustakaan menyediakan bahan pustaka untuk keperluan penelitian. Dalam hal penelitian ini terkait dengan jenis perpustakaan masing-masing. Misal untuk perpustakaan perguruan tinggi, perpustakaan tersebut menyediakan buku-buku, jurnal, atau artikel yang dibutuhkan untuk para mahasiswanya yang sedang mengerjakan tugas penelitian, seperti pembuatan skripsi, tesis, ataupun desertasi. Pustakawan yang bekerja pada perpustakaan tersebut menyediakan jasa untuk membantu pemustaka menemukan sumber informasi yang dicari demi keberhasilan penelitian tersebut.
c.       Sebagai penyebarluasan informasi, artinya perpustakaan menyediakan informasi yang diperlukan para pemustakanya. Pemberian informasi ini dilakukan baik atas permintaan maupun tidak diminta. Dalam poin kedua, dilakukan apabila perpustakaan menganggap informasi yang tersedia sesuai dengan minat dan keperluan pengguna.
d.      Sebagai lembaga pendukung pendidikan, artinya perpustakaan merupakan tempat belajar untuk semua golongan, entah itu yang masih mengenyam pendidikan, ataupun yang telah bekerja sesuai dengan bidangnya masing-masing. Pendidikan dapat dienyam oleh siapa pun, termasuk anak-anak putus sekolah, ataupun pekerja rumahan biasa. Terkait dengan budaya baca masyarakat, keberadaan perpustakaan sangatlah bermanfaat. Lain halnya dengan perpustakaan umum di mana pemustakanya tidak dibatasi menjadi golongan tertentu saja yang dapat memakai, perpustakaan khusus memiliki fasilitas-fasilitas yang hanya diperuntukkan bagi golongan tertentu.
e.       Fungsi kultural, artinya perpustakaan menyimpan khazanah budaya bangsa atau masyarakat tempat perpustakaan tersebut didirikan. Perpustakaan mendorong meningkatnya nilai dan apresiasi budaya masyarakat sekitarnya melalui penyediaan bahan bacaan. Perpustakaan umum misalnya, membedakan antara ruangan bacaan-bacaan fiksi dengan nonfiksi. Selain untuk media pembelajaran, perpustakaan juga dapat memiliki fungsi rekreasi yaitu sebagai sarana hiburan bagi pemustakanya.

Menyadari betapa pentingnya informasi tersebut tersebar, sebagian kaum intelektual memiliki hasrat untuk mengadakan atau menciptakan bahan pustaka bersumber dari pemikiran pribadi dalam bentuk tulisan. Hal ini tentu dapat menarik minat lebih banyak pemustaka yang datang berkunjung ke perpustakaan.

1.      Apakah menulis itu?
Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut (Tarigan, 2000:21).
Menulis atau mengarang berarti menggunakan bahasa terpilih dan tersusun. (Yus Rusyana, 1986: 14)
Menurut ahli strategi, rencana menulis yang dimatangkan di pikiran, hanya berguna untuk menyegerakan tindakan. Namun ketika seseorang menulis, tulisan sedikit banyak akan menyimpang dari rencana semula. Kita semua, tanpa terkecuali, adalah penulis di otak sendiri. Jadi semua orang mempunyai potensi luar biasa untuk menulis.
Definisi-definisi tersebut memberi gambaran bahwa di satu sisi, menulis itu tidak mudah, dan di sisi lain, memberikan harapan karena menulis dapat dilakukan oleh siapa saja. Seeorang menulis karena ia diberi peluang dan stimulus untuk belajar, berlatih, dan berkembang (Bambang Trim, 2005: 18)
2.      Berkomunikasi melalui tulisan
Semua koleksi bahan pustaka di perpustakaan mengandung tulisan, entah itu dalam wujud buku, artikel, skripsi, koran, majalah, dan sebagainya. Tulisan-tulisan tersebut lahir dari pemikiran penulisnya yang ingin menyampaikan suatu maksud atau gagasan pada pembacanya.
Dengan adanya tulisan pada prinsipnya ujaran dalam setiap bahasa dapat direkam secara visual. Dengan demikian, tukar pikiran tetap dimungkinkan meskipun lawan bicara hadir di tempat lain dan baru akan membaca tulisan tersebut pada waktu yang berbeda.
Jadi dalam proses komunikasi melalui tulisan ini berkaitan erat dengan proses membaca. Artinya, informasi yang dituangkan dalam tulisan tidak akan dipahami jika tidak dibaca. Hal ini sama halnya antara hubungan komunikasi lisan (berbicara) dan mendengarkan atau menyimak. Kita tidak akan bisa berkomunikasi secara aktif jika kita tidak mendengarkan pembicaraan yang disampaikan lawan bicara kita.

Perbedaan komunikasi lisan dan tulisan oleh Tarigan (2000: 17) dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Tulisan
Lisan
a.       Ada di atas kertas
Ada dalam ucapan
b.      Untuk dilihat/dibaca
Untuk disimak
c.       Dapat dilihat, tidak dapat disimak
Dapat disimak, tidak dapat dibaca
d.      Sedikit/hampir tidak ada pengulangan
Sering/banyak diadakan pengulangan
e.       Menggunakan bahasa resmi atau baku
Menggunakan bahasa percakapan/sehari-hari
f.       Penulis yang baik tidak selalu dan tidak harus sekaligus sebagai pembicara yang baik
Pembicara yang baik tidak dengan sendirinya seorang penulis yang baik
g.      Komunikasi tidak langsung
Komunikasi langsung
h.      Komunikasi satu arah
Komunikasi dua arah
i.        Memerlukan tanda-tanda baca
Memerlukan nada, ekspresi, dan gerak-gerik
j.        Tidak langsung mendapat umpan balik
Langsung mendapat umpan balik
k.      Dapat dibaca ulang
Tidak dapat disimak ulang
l.        Sering disunting/diedit
Tidak disunting/diedit
m.    Mengaktifkan mata dan penglihatan
Mengaktifkan telinga dan pengucapan

3.      Menurut Dr. Pennebaker, kegiatan menulis memiliki manfaat, di antaranya:
-          Menulis menjernihkan pikiran
Menulis adalah proses produktif untuk menghasilkan tulisan. Tulisan dapat digunakan untuk mencurahkan berbagai persoalan yang membebani pikiran.
-          Menulis mengatasi trauma
Trauma membuat seseorang tidak bisa memusatkan perhatian mereka pada pekerjaan baru yang besar. Menulis tentang trauma akan membantu dalam mengelola trauma dan sekaligus membebaskan pikiran untuk menangani tugas-tugas lainnya.
-          Menulis membantu mendapatkan dan mengingat informasi baru
Kegiatan mencatat atau menulis dapat membantu seseorang mendapatkan dan mengingat kembali gagasan-gagasan baru. Menulis bisa membantu memberikan suatu kerangka yang bisa dipakai untuk memahami perspektif baru dan unik dari orang lain.
-          Menulis membantu memecahkan masalah
Jika sedang menghadapi atau membahas suatu masalah maka menulis merupakan salah satu cara untuk mendapatkan pemecahannya. Salah satu alasannya adalah bahwa menulis memaksa seseorang untuk memusatkan perhatian lebih dalam terhadap permasalahan tersebut daripada hanya dengan memikirkannya.

Untuk menghasilkan suatu karya, seorang penulis juga harus sering mengamati tren kebutuhan masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut, lagi-lagi peran perpustakaanlah yang bertugas menjadi sumber informasi bagi para penulis.

C.   PENUTUP
Memang, perpustakaan ialah tempat untuk penyimpanan buku, seperti yang biasa dimengerti oleh kebanyakan orang. Namun, kegiatan di perpustakaan tidak hanya sebatas membaca, meminjam, serta mengembalikan buku, namun ada kalanya seorang pemustaka memiliki hasrat untuk menuangkan idenya dalam bentuk tulisan.
Saran untuk perpustakaan yang menerapkan aturan jikalau pemustaka tidak boleh membawa buku tulis, aturan tersebut seharusnya dihilangkan saja. Suasana perpustakaan yang tenang dan kondusif akan membuat pemustaka juga nyaman menulis selain membaca.

Daftar Pustaka

Jasmadi. (2006). Kiat Menjadi Penulis Buku Profesional. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Kusmayadi, Ismail. (2011). Guru Juga Bisa Nulis. Jakarta Selatan: Tinta Emas Publishing.
Sulistyo-Basuki. (1991). Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta: Gramedia.
Suwarno, Wiji. (2010). Pengetahuan Dasar Kepustakaan. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.

TEKNOLOGI INFORMASI DALAM TREN GADGET 2013

Kamis, 16 Mei 2013



Pengertian teknologi informasi adalah teknologi yang digunakan untuk menyimpan, mengolah, menghasilkan, dan menyebarluaskan informasi. Pengertian tersebut sesuai dengan definisi khusus di bidang ilmu perpustakaan dan informasi menurut Sulistyo-Basuki.

Perkembangan teknologi informasi untuk perpustakaan dimulai pada masa prakomputer. Namun seiring dengan berjalannya zaman di era modern seperti sekarang ini, teknologi informasi erat kaitannya dengan komputer. Walau begitu, subyek utama yaitu teknologi dalam mengolah informasi tersebut merupakan perihal yang terus berkembang sejalan dengan kemajuan daya pikir manusia.

Dalam siklusnya untuk menyebarluaskan informasi, teknologi memiliki aktivitasnya yang telah diatur, yaitu: input data atau intruksi, proses atau merubah data menjadi informasi berdasarkan instruksi tertentu, output atau kalkulasi informasi yang dimuat dalam laporan, dan umpan balik (feedback).

Menurut Turban (1999:18), komponen utama sistem informasi meliputi:
1.      Hardware: peralatan-peralatan (devices), mencakup peralatan input, Central Processing Unit (CPU), Secondary Storage, peralatan output, dan peralatan komunikasi.
2.      Software, yaitu program-program atau instruksi untuk melakukan pengolahan data.
3.      Database, yaitu kumpulan file yang terintegrasi.
4.      Jaringan atau network, yaitu media yang digunakan untuk menyebarluaskan informasi dari satu tempat ke tempat lainnya.
5.      Prosedur, yaitu sekumpulan instruksi untuk menyatukan komponen-komponen teknologi informasi dalam rangka memproses data menjadi keluaran (output) tertentu.
6.      Sumber Daya Manusia (Brainware), yaitu manusia yang mengendalikan, mengoperasikan, atau menggunakan sistem teknologi.

Garis besar yang membuat teknologi informasi makin dibutuhkan oleh hampir seluruh masyarakat di dunia adalah peranan teknologi jaringan dengan cakupan yang mendunia atau Wide Area Network (WAN) yang lebih populer dengan sebutan internet. Dengan internet, pertukaran informasi yang menghilangkan jarak, serta dengan waktu yang tidak terbatas, membuat internet menjadi media penyebaran informasi yang mudah, praktis, dan efisien.

Data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada Desember 2012 lalu mencatat ada lebih dari 200 juta pengguna ponsel, 63 juta pengguna internet, dan 45 juta pengguna media sosial. Tidak mengherankan apabila Indonesia menduduki peringkat ke empat sebagai negara terbesar di dunia yang menggunakan facebook. Pengguna internet juga meningkat drastis dari tahun sebelumnya yang kini totalnya mencapai 24,3 % dari total penduduk di Indonesia.

Perusahaan teknologi informasi global terus membidik Indonesia yang dianggap sebagai pasar potensial karenanya tidak mengherankan apabila Indonesia merupakan negara dengan ekonomi terbesar di ASEAN. Komunitas terbesar pengguna internet adalah kalangan menengah atas dan berasa di rentang 15-35 tahun, yang tidak lain merupakan masyarakat produktif. 

Di Indonesia, perusahaan yang bergerak di bidang teknologi informasi ini juga turut mendukung program pemerintah “Indonesia Informatif” yang telah dicanangkan semenjak tahun 2012, bertujuan menciptakan Indonesia yang tanggap dengan berbagai informasi terkini. Karenanya, dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai, baik pembangunan infrastruktur maupun produk elektronik pendukung.

Inovasi produk teknologi informasi terus dilakukan mengingat informasi yang pada dasarnya telah menjadi kebutuhan oleh setiap orang, naik perannya menjadi gaya hidup yang mulai menyebar dan mendunia di era yang canggih ini. Sistem komputer dengan program-programnya dibuat menjadi jauh lebih sederhana dan praktis melalui inovasi dari perusahaan teknologi informasi, contohnya PC high-end, mobile, tablet PC, dan masih banyak lagi. Keberhasilannya juga terbukti dengan terus meningkatnya penjualan tablet di Indonesia.

Meskipun dalam era modern ini memungkinkan informasi menjadi titik utama perkembangan dan kemajuan suatu masyarakat, teknologi informasi juga memiliki sisi negatif berkaitan dengan pengelola informasi. Apabila informasi yang merupakan kebutuhan dari banyak orang tersebut disalahgunakan, maka bisa saja akan timbul kriminalitas di dalamnya. 

Mewujudkan masyarakat tanggap informasi dengan mengedepankan manfaat-manfaat positif tidaklah mudah mengingat begitu banyaknya distributor dan pengguna informasi. Maka dari itu sedari dini diperlukan pengawasan dalam pemanfaatan teknologi informasi.


Sumber artikel: “Mengintip Tren Gadget 2013” Kompas, Rabu 6 Maret 2013, halaman 33 oleh Tommy B. Utomo

PRODUKTIVITAS DALAM PROFESI KEPUSTAKAWANAN

Kamis, 09 Mei 2013




Pustakawan merupakan tenaga profesional yang dalam kegiatannya berkecimpung dengan dunia perbukuan. Pada zaman dahulu, pustakawan dikenal umumnya karena mereka hanya bertugas untuk menjadi penjaga di perpustakaan. Namun, di era di mana masyarakat global menyadari tentang pentingnya informasi, pengertian pustakawan pun berkembang, yaitu sebagai manajer informasi, dan sebagai pengawal ilmu pengetahuan guna membentuk masyarakat yang kritis dalam memahami serta menggunakan informasi demi kepentingan bersama.

Ketika dunia kepustakawan itu sendiri dikaitkan dengan pengertian produktivitasnya, maka kita akan lebih bisa memahami bagaimana seorang pustawakan itu berusaha mencapai prestasi dalam kinerjanya supaya disebut sebagai pustakawan yang produktif. Definisi produktifitas sendiri bersifat mampu menghasilkan suatu keuntungan yang sifatnya berkelanjutan atau terus menerus bagi perkembangan bidang yang ditekuninya.

Sebagai contoh dalam dunia tulis menulis, seorang penulis akan senantiasa berusaha untuk tetap berkarya dengan tujuan supaya nama mereka dapat dikenal di dunia sastra. Atau, seorang koki akan terus berusaha untuk mengembangkan berbagai macam resepnya demi mendapatkan prestasi dalam dunia kuliner. Tidak terkecuali pustakawan.

Memang, pada masa kini, masyarakat tetap berpendapat bahwa pustawakan tetaplah hanya sebagai penjaga buku di perpustakaan. Tetapi jika berbagai pihak dalam perpustakaan itu saling terhubung hingga terbentuk suatu kerja sama yang solid, maka tidak mengherankan apabila budaya membaca masyarakat akan meningkat dan sumber daya manusianya juga akan memiliki kualitas yang lebih baik daripada sebelumnya.



Produktivitas pustakawan di sini merujuk pada perannya yang juga dapat mencapai tingkatan ahli informasi. Dalam kegiatannya, ada banyak sekali aktivitas pustakawan yang dapat digunakan sebagai perbaikan penyebarluasan informasi, yakni:

1.      Memajukan berdirinya perpustakaan baru dan membantu perpustakaan rakyat yang telah ada, baik yang bersifat ilmiah maupun umum.
2.      Memajukan usaha sentralisasi perpustakaan.
3.      Memajukan lalu lintas pertukaran dan peminjaman bahan secara internasional.
4.      Mengumpulkan dan memajukan sumber dan tugas referens.
5.      Serta melakukan segala usaha sah lainnya yang dapat membantu tercapainya tujuan penyebarluasan ilmu pengetahuan.

Intinya, seorang pustakawan dalam profesi tidak memiliki batasan dalam perpustakaan untuk memajukan dirinya serta informasi tersebut. Paradigma perpustakaan dululah yang harus diubah sehingga membentuk lingkup sirkulasi informasi menjadi lebih baik.